5 Tanda Serangan Jantung yang Paling Sering Terjadi



Jantung adalah pertahanan terakhir tubuh selain otak yang menentukan kehidupan seseorang. Jika aliran darah tidak lancar bisa menyebabkan gagal jantung dan kematian. Kenali 5 tanda yang paling sering terjadi jika terkena serangan jantung.

Saat ini penyakit jantung koroner masih menjadi hal yang menakutkan banyak orang. Tapi masyarakat belum terlalu mengenali gejala dari penyakit ini.

Berdasarkan penelitian dari MiDAS di Milan, Italia tahun 2006 lalu, hampir sekitar 52 persen penderita penyakit jantung koroner tidak mengalami keluhan nyeri dada atau sering disebut dengan silent ischemia.

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit akibat penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang mengaliran darah dengan membawa sari makanan dan oksigen yang dibutuhkan otot jantung agar bisa berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.

"Jantung manusia memompa darah ke seluruh tubuh secra konstan yaitu sekitar 4-5 liter darah setiap menitnya. Karena itu jika aliran darah tersebut tidak lancar bisa mengakibatkan kerusakan otot jantung yang menyebabkan gangguan pompa jantung (gagal jantung) dan kematian," ungkap Dr M. Taufik Arifin Pohan, SpJP dalam siaran pers, Selasa (25/5/2010).

Dr Taufik menuturkan rasa sakit yang terasa di dada bagian tengah kiri akibat kurangnya oksigen yang dialirkan ke otot jantung karena penyempitan tersebut.

Lima tanda atau gejala peyakit jantung koroner (serangan jantung) yang paling sering terjadi adalah:

1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher.
2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung.
3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus menerus.
4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga pingsan.
5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat jika sedang beraktivitas.

Pemicu serangan jantung antara lain olahraga yang berlebihan, marah yang mengeluarkan banyak emosi atau kegiatan lain yang dilakukan secara berlebihan.

"Meski demikian, deteksi awal dan penanganan cepat saat terjadi serangan bisa memberikan manfaat pencegahan dari bahaya kematian dan gagal jantung di kemudian hari," ungkap dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah.

Salah satu cara yang bisa menjadi solusi diagnostik dan penanganan penyumbatan pembuluh darah koroner adalah dengan angiografi koroner. Prosedur pemeriksaan ini menggunakan minimal invasif dengan sinar X (X-ray) yang bertujuan memeriksa struktur pembuluh darah jantung, ruang jantung, katup jantung dan otot jantung dengan kamera khusus.

Hingga kini pemeriksaan tersebut masih menjadi standar emas untuk memperlihatkan bagian-bagian pembuluh darah koroner yang mengalami penyempitan, karena memiliki tingkat ketepatan paling tinggi yaitu mendekati 100 persen.

Prosedur ini dengan cara menginjeksikan sejumlah bahan kontras ke dalam selang pipa (kateter) yang melalui pembuluh darah utama tubuh (aorta), sehingga didapatkan pencitraan gambar yang lebih jelas saat kontras tersebut berjalan melalui arteri koroner. Hal ini sangat penting untuk tindakan intervensi kardiologi, karena memiliki akurasi penempatan dan ukuran stent atau alat koreksi akan menjadi lebih tepat.

Namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dicegah, ada dua cara pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit jantung koroner yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

Pencegahan primer, yaitu berusaha agar terhindar dari penyakit jantung koroner saat belum terdeteksi penyakit jantung koroner tapi ada faktor risiko dari keluarga atau memiliki diabetes melitus.
Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan dari seorang penderita penyakit jantung koroner agar terhindar berulangnya penyempitan pembuluh darah koroner kembali.

"Hal yang harus dilakukan adalah mengontrol kadar lemak darah kolesterol, menjaga tekanan darah agar terkontrol, berhenti merokok, menghindari makanan berlemak, mencukupkan konsumsi sayur dan buah, berolahraga teratur, mengurangi berat badan serta stres," ujar dokter kelahiran 49 tahun silam ini.

Sumber: detikhealth

Posting Komentar