Laku Islam Jawa / Tirakat



Dasar Pengertian Tirakat
Wong Jawa dimanapun pasti mengenal yang namanya lelaku atau laku, sebuah kata kerja tunggal yang berarti menjalani sendiri. Jika ditambah kata keterangan sifat seperti tirakat, menjadi laku tirakat, berarti menjalani keprihatinan. Dalam kultur Jawa, laku tirakat mulai dikenalkan kepada anak-anak secara bertahap. Ketika mereka mulai beranjak dewasa diberi pemahaman yang lebih agar mau menjalani lebih serius. Yen kepengin mulya kudu tirakat (jika menginginkan kehidupan yang lebih baik harus tirakat).

Dengan kata lain, laku tirakat adalah suatu cara pencapaian tujuan dengan cara hanya pasrah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Inti dari menjalani laku tirakat adalah membersihkan hati agar bening. Oleh karena kebeningan hati itulah Allah berkenan memberi bimbingan dan tuntunan tata cara menjalani kehidupan di dunia. Tentunya hanya dengan dibimbing olehNya saja seseorang bisa dipastikan keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat.

Saya yakin bahwa semua bangsa di dunia pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Pastinya ada perbedaan cara didalam menjalaninya, bergantung dengan kultur budaya negara mereka masing-masing. Dan pastinya juga, timbul pertanyaan-pertanyaan mengapa kita harus melakukan sesuatu yang tidak diketahui ujungnya. Iya kan???

Marilah kita kilas balik sejarah kenabian Muhammad SAW.
Pertanyaannya.
* Mengapa Muhammad bisa menjadi utusanNya?
* Apa yang dijalani sehingga Allah ridho mengangkat menjadi utusan Nya?
* Bagaimana cara beliau menjalaninya? Dan juga,mengapa beliau mau menjalaninya?
* Apakah di awal menjalani laku tirakat beliau sudah mengetahui jika akan menjadi utusanNya?

Jawaban dari pertanyaan Bahwa ketika memasuki usia 40 th. Muhammad sangat gelisah melihat keadaan masyarakat pada waktu itu (jaman jahiliyah). Melihat kenyataan yang demikian, hatinya tidak kuat sehinga beliau lebih suka menyendiri ke tempat sepi mencari ketenangan batin, mendekatkan diri, menyerahkan hidupnya, hanya pasrah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Saya sangat yakin jika kebiasaan beliau menyendiri itu sebenarnya sudah lama dilakukan bahkan jauh sebelum usianya 40 th. (tetapi tidak ada didalam catatan sejarah)

Apa sebabnya?
Karena di usia 6 th hati Muhammad sudah disucikan oleh NYA. Apa hubungannya? Nah.. seseorang yang telah memiliki kesucian hati seperti itu (disucikan oleh Nya) pasti tidak bisa berkumpul dengan orang yang hatinya belum bersih. Dari sejarah disebutkan bahwa setelah menyendiri didalam Gua Hiro' selama 40 hari 40 malam, pada malam terakhir bertepatan dengan 17 Romadhon, beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Pada malam itu Muhammad memperoleh kenabiannya.

Setelah itu apa yang terjadi?
Beliau menggigil seperti orang kedinginan. Tak berapa lama kemudian Nabi Muhammad saw pulang kerumah istrinya Siti Khadijah, sesampainya dirumah dalam keadaan badan masih menggigil beliau merebahkan diri, dan kepada istrinya minta untuk diselimuti. Ini kisah sejarah yang sangat alamiah dan rasional. Karena jika sesorang mengalami peristiwa yang sangat luar biasa dalam hidupnya pasti akan mengalami goncangan batin yang sangat hebat.
Demikianlah kisah yang di riwayatkan, kemudian waktu antara turunnya wahyu yang pertama dengan yang kedua, beberapa riwayat terjadi perselisihan pendapat. Ada yang menyatakan tiga tahun atau kurang dari itu. Yang pasti, disaat turunnya wahyu kedua, Rasulullah sedang berselimut, maka turunlah surat Al Muddatstsir (=orang berselimut) yang merupakan perintah agar berdakwah kepada kaum kafir Mekah.
Jadi jelaslah bahwa di awal perjalanan hidupnya Muhammad saw sendiri tidak mengetahui jika akan dipilih menjadi utusanNya. Beliau itu hanya mengikuti kata hati supaya melakukan laku tirakat menyendiri (jawa>nyepi, topo) didalam gua hira' sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Jadi tidaklah benar Muhammad serta merta dipilih oleh Allah dan dijadikan utusan Nya langsung bisa mencapai tingkatan yang paling sempurna tanpa melewati tahapan/proses ujian yang bertingkat-tingkat. Semua nabi, semua rasul, semuanya mengalami proses pematangan spiritual yang bertingkat-tingkat dibawah bimbingan dan tuntunan Allah swt. Bimbingan langsung dari Allah seperti ini, hakikatnya bukan hanya untuk para nabi saja, melainkan juga untuk siapapun diantara kita yang beriman kepada Allah. Seperti disebutkan didalam Surat Al Taghaabun ayat 11:
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" Pertanyaannya adalah pada tingkatan keimanan yang bagaimanakah itu?

Pemahaman Agama Islam
Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah kepada umat manusia sebagai pembawa rahmad bagi semesta alam juga sebagai penyempurna dari agama-agama yang pernah diturunkan kepada nabi Dawud as, nabi Musa as dan nabi Isa as.
Selain itu nabi Muhammad saw juga dibekali kitab suci Al Qur'an yang berisi pedoman hidup yang membawa rahmat bagi seluruh semesta alam. Kitab suci Al Qur'an berisi ajaran moral atau akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), budi pekerti yang luhur yang kesemuanya bermuara di hati yang bersih, suci ; hati yang bening. Dan pada tingkatan tertinggi, setiap umat Islam akan memiliki akhlak qur'ani seperti Rasulullah apabila benar-benar menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran-ajaran moral yang terdapat didalam Al Quran. Allah Maha Adil. Subhanallah !
Andai umat Islam seperti itu.. Betapa indahnya kehidupan ini ! Kehidupan duniawi akan berjalan sesuai dengan kodratinya, tidak akan saling berebut kedudukan ataupun pangkat. Dengan hati yang bening, bisa dipastikan, sedikitpun tidak akan terbersit walau hanya di pikirannya saja, berambisi untuk memperkaya diri sendiri. Semua dipasrahkan kepada Allah yang maha kuasa membagikan rizqi (rejeki)

Pemahaman Budaya Jawa
Jawa berarti ngerti ; tahu ; paham terhadap kehidupan ! Masyarakat Jawa memang mewarisi budaya adiluhung. Artinya mewarisi budaya spiritual tingkat tinggi. Budaya yang secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga memiliki akar budaya yang sangat kuat sebagaimana para leluhur dahulu yang selalu mengutamakan bebuden luhur (berbudi luhur), mengutamakan "rasa" (adanya didalam hati yang terdalam), Sabar, seleh (berserah diri), nrimo ing pandum (menerima apa adanya), ikhlas, legawa, yakin bahwa kehidupan duniawi owah gingsir anyakra manggilingan (tidaklah langgeng), urip iku ngundhuh wohing pakarti (akibat/buah dari kehidupan itu tergantung dari perilaku) sehingga lebih baik alon-alon waton kelakon (pelan tapi pasti ; biar lambat asalkan selamat) adalah sifat-sifat yang menggambarkan ketaatan, keyakinan dan kepasrahan yang sangat kuat kepada Yang Maha Kuasa.

Persamaan Pemahaman Akhlak.
Anggaplah saja ini sebuah penelitian awal dalam mencari persamaan nilai-nilai moral yang tersirat didalam Al Quran dengan budaya Jawa, yang terpenting bagi saya adalah menyampaikan suatu kebenaran itu sepahit apapun harus tetap disampaikan.
Atau mungkin ini terlalu dini atau bahkan dianggap mengada-ada didalam membuat suatu kesimpulan bahwa nilai moral yang tersirat didalam Al Qur'an itu identik dengan ajaran budi luhur yang diamalkan oleh masyarakat di Jawa?
Sebelumnya mari kita rasakan dengan rasa di hati yang terdalam,
* Tahukah anda jika rasulullah Muhammad saw itu sifatnya sangat sopan dan santun?
* Darimana beliau memiliki sifat-safat njawani (seperti orang Jawa) seperti itu?
Ataukah sifat-sifat yang njawani itu hakekatnya adalah wujud dari nilai-nilai moral yang tersirat didalam Al Qur'an? sebagaimana disebutkan didalam hadits, bahwa Nabi Muhammad saw itu memiliki akhlak Qur'ani. Beliau itu bukan seperti orang Quraisy di masa itu, yang kasar dan penyembah berhala. Sedangkan beliau sudah meyakini Tuhan yang satu. Juga digambarkan bahwa Nabi Muhammad itu lemah lembut, bukankah itu merupakan ciri-ciri orang Jawa.
Sehingga di ujung pembahasan ini dapat saya katakan bahwa ajaran budi luhur atau akhlaqul karimah itu kitabnya turun di jazirah Arab dan yang menjalaninya adalah masyarakat di Jawa.
Sungguh berbahagialah anda yang berasal dari Jawa, karena dengan ke"jawa"an yang telah melekat pada diri anda semenjak bayi, akan sangat membantu anda untuk lebih mudah memahami nilai-nilai moral yang tersirat didalam Al Qur'an.
Pada akhirnya kalau kita mengingat ataupun melihat para sesepuh di jawa yang masih tersisa, yang masih sangat setia ngugemi laku jawane (memegang teguh budayanya) dalam keseharian hidupnya. Sebenarnya kita bisa mengambil makna hakekat laku jawa dari kehidupan sehari-hari para sesepuh tersebut. Bagaimana menyikapi rejeki yang diterima; bagaimana menyikapi keinginan yang melebihi kemampuan; bagaimana cara menghormati tamu yang bertandang ke rumah; bagaimana sikap istri terhadap suami ; dll.
Hakekatnya, inilah wujud penerapan akhlak Qur'ani didalam keseharian hidup, yang memang telah mengakar di Jawa.
Dalam hal berperilaku, pada hakekatnya kita hanya berpedoman kepada Al Qur'anul karim. Sebagai ajaran tauhid paling sempurna yang membawa rahmat bagi semesta alam dan membimbing manusia agar selamat menjalani kehidupan di dunia hingga di akhirat kelak.

Laku Tirakat Islam Jawa
Islam dan Jawa tidak bisa dipisahkan karena perbedaan bahasa ataupun budayanya. Keduanya memiliki nilai kesempurnaan yang haq dari Allah. Islam memiliki kesempurnaan didalam tata cara beribadah kepada Allah dengan sholat 17 roka'at/hari yang diturunkan pada waktu Nabi Muhammad s.a.w diperjalankan/Isra' mi'raj. Sedangkan Jawa adalah sampurnaning urip, kesempurnaan didalam tata cara berkehidupan didunia, menuntun manusia untuk selalu opo jare (hanya pasrah) kepada Yang Maha Kuasa.
Jadi Islam Jawa hakikatnya adalah menjalani ibadah secara Islami dan berperi laku seperti orang Jawa (~yg mengamalkan Al Qur'an).
Dibawah ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan laku tirakat Islam Jawa Kasunyatane Urip (realita kehidupan). Dan perlu diperhatikan, jika menjalani laku tirakat selain harus ikhlas juga hanya pasrah seutuhnya kepada Allah Diantaranya adalah :
1. puasa sunah Senin dan Kamis.
2. kerjakan sholat-sholat sunah, baik siang (dhuha) ataupun malam (tahajud)
3. potong rambut hanya di hari Rabu.
4. jangan koreksi kesalahan org lain (ngerumpi), selalu instrospeksi diri.
5. selalu gunakan hati untuk merasakan apa yang dilihat (untuk melatih rasa)
6. jangan mengambil hak orang lain.
Dengan laku tirakat, anda akan lebih mudah memahami nilai yang tersirat dari kehidupan yang kita jalani sehari-hari (istilahnya ngaji huruf gede), akan memudahkan anda didalam membaca tanda-tanda hakekat dari NYA untuk diambil hikmahnya.
Aja percaya yen ora nyata, jangan percaya kalau tidak nyata.. jangan puas hanya dengan membaca, harus dibuktikan sendiri kebenarannya (pemahaman hakekat).
Demikian sedikit cuplikan yang sederhana dari laku Islam Jawa (Kasunyatane Urip).
Tetep Sehat, Bersemangat dan Selalu Taat.
Terima Kasih..

Posting Komentar